PEMILU
Friday, 20 September 2024

Dr. Mohammad Nasih Gembira Datangi Al Zaytun

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id, Indramayu - Dr. Mohammad Nasih, M.Si. mengemukakan bahwa peradaban bangsa hanya diciptakan dengan mengembangkan ilmu dan orang baik yang ikut berpolitik, seperti lagu yang Ia ciptakan dan nyanyikan sendiri berjudul "Politik becik", kemudian karena dua hal tersebut tidak populer untuk dijadikan tujuan umat islam di Indonesia maka timbul dua kemungkinan mengapa umat Islam di Indonesia terbelakang, yaitu karena umatnya paham tapi tidak mau melakukan, atau tidak paham dan tidak mau melakukan.  

Data dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) tahun 2024, penduduk Indonesia yang beragama islam berjumlah 87,08% beragama Islam dari total penduduk 282.477.584 jiwa, namun kalah dengan negara yang notabene tidak sebesar wilayah Indonesia dan bukan mayoritas muslim. 

"Umat secara faktual ketinggalan, sementara saya yakin benar, karena ada janji (Al Qu'ran/Red) umat islam adalah umat yang terbaik seperti umat muslim dahulu" jelas Mohammad Nasih di forum ilmiah, Studium Generalle Institut Agama Islam Al Zaytun Indonesia (IAI Al - AZIZ) di auditorium Mini Zeteso gedung Ali Abu Thalib Ma'had Al Zaytun pada Selasa (10/9/2024). 

Maka diperlukan kritis serta mampu mengintegrasikan antara scinence dan islam, sedangkan saat ini umat islam telah memisahkan diri dari scientech dan juga memisahkan diri dari politik sehingga tidak punya kekuatan untuk menyumbangkan atau memberikan kontribusinya terhadap kemajuan bangsa.

Akibat menjalankan pemahaman yang tidak rasional, menurutnya bisa menimbulkan berbagai distorsi, maka perlu dilakukan dekontruksi dan rekonstruksi demi memberikan pemahaman yang benar, konsekuensinya adalah timbul perbedaan dengan apa yang selama ini dianggap benar, ekstrimnya dianggap sesat, oleh karenanya Ia mau membela dalam kanal youtube yang dikelolanya dengan tujuan lebih dari membela Al Zaytun dan Syaykhnya, yaitu membela kebenaran. 

"Yang salah agama atau umatnya? berarti kita harus memperbaikinya, berarti harus comeback, untung saya tahu kata remontada dari Al Zaytun" terang Mohammad Nasih.

Namun dengan kehadirnya di Al Zaytun, Ia melihat sudah ada gagasan kolaborasi dan sinergi dari Al Zaytun menggabungkan berbagai disiplin ilmu dalam spirit pesantren. 

Cendikiawan muda pendiri Pesantren Mahasiswa Pemuda Islam, Monash Institute, percaya hanya Al Zaytun yang mampu memadukan Kontemporer, tradisional, secara berimbang, menggabungkan islam dengan sains teknologi (scientech) dan memperjuangkannya lewat politik, karena menurutnya tidak semua mampu mempraktekkan kewajiban umat islam kepada Al Qur'annya yang menurutnya ada 7 bagian yaitu ;

1) membacanya

2) mengartikannya

3) menghapalkannya

4) merenungkannya

5) mengerjakannya

6) mengajarkannya

7) memperjuangkannya

Mohammad Nasih menjelaskan dirinya tidak mau dipanggil dengan sebutan Ustadz tapi Abah, rupanya abah punya singkatan dari metode menghapal Al Qur'an yaitu artikan baru hapalkan (Abah), kemudian diakuinya selama ini umat islam banyak yang hanya membaca Al Qu'ran tanpa tahu arti tapi berkeinginan memperjuangkannya, terlebih lagi Al Qu'ran menurutnya bukan hukum scientech tapi spirit moral yang mendorong kita untuk menguasai ilmu. (Amr-untuk Indonesia)