lognews.co.id, Padang - Banjir bandang melanda Sumatera Barat yang terjadi pada Sabtu (11/5/2024) membawa material vulkanik Gunung Marapi tersebar ke berbagai arah, paling banyak terdampak pada wilayah barat, yakni Agam, Tanah Datar, Padang Panjang, dan Padang Pariaman.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, banjir bandang itu terjadi dari aliran sungai-sungai yang berhulu dari lereng atas Gunung Marapi. "Lahar hujan terjadi karena endapan material hasil erupsi gunung Marapi yang terendapkan di lereng-lereng, kemudian tersapu oleh hujan dengan intensitas sedang hingga lebat," tuturnya dalam konferensi pers daring BMKG, Minggu (12/5/2024). Menurutnya, banjir bandang terjadi ketika air hujan tertahan endapan vulkanik di hulu sungai, sehingga tidak mengalir ke hilir.
Proses evakuasi dan pencarian orang hilang hingga saat ini masih dilakukan di Bukit Batabuah Kabupaten Agam.
Selain menimbulkan korban jiwa kerusakan parah juga terjadi pada tempat tinggal masyarakat sekitar aliran banjir bandang.
Tim penolong masih terus mencari korban yang dilaporkan hilang. Dan di sisi lain, proses evakuasi warga terdampak banjir bandang juga sudah dilakukan pada Senin (13/05).
Ratusan warga yang terdampak banjir bandang lahar di tiga daerah di Sumatra Barat telah evakuasi ke sejumlah posko pengungsian, ungkap Badan Penanggulangan Bencana (BNPB).
Banjir terjadi di Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kota Padang Panjang.
Sampai Senin (13/05), setidaknya 37 orang tewas akibat banjir bandang dan lahar di wilayah itu pada Sabtu (11/05) malam.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumbar Fajar Sukma, berdasarkan data hingga Senin (13/5) pukul 14.15 WIB, mencatat jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir bandang di Sumatera Barat (Sumbar) bertambah menjadi 44 orang.
Rinciannya, 19 orang dilaporkan meninggal dunia di Kabupaten Tanah Datar, 19 orang di Kabupaten Agam, dua orang di Kota Padang Panjang, satu orang di Kota Padang dan tiga orang di Kabupaten Padang Pariaman.
Selain itu, BPBD Provinsi Sumbar juga mencatat ada sebanyak 15 orang yang masih dilaporkan hilang dalam proses pencarian.
Banyak tempat tempat tertutup oleh lumpur, material bebatuan sehingga dibutuhkan alat evakuasi berupa alat berat untuk memaksimalkan pencarian dengan memperhatikan masa masa Golden time yaitu batas optimal tingkat potensi hidup korban bencana.
Hingga saat ini, Basarnas baru melaporkan korban yang sudah berhasil teridentifikasi berjumlah 38 orang. (Amr-untuk Indonesia)


