lognews.co.id, Jakarta - Wakil Menteri Agama RI Saiful Rahmat Dasuki mengungkapkan, Kementerian Agama akan membentuk Community Economy Hub di Pondok Pesantren. Program ini dibuat dalam rangka menguatkan Program Kemandirian Pesantren.
Saiful mengatakan, saat ini Pesantren di Indonesia berjumlah hampir 40 ribu dengan sekitar 4,5 juta santri. Hal tersebut, dianggap Wamenag menjadi peluang strategis untuk meningkatkan kualitas kemandirian pesantren agar dapat mengembangkan ekonomi secara berkelanjutan,
“Ini kan peluang yang sangat besar dan strategis. Bayangkan saja jika satu pesantren dengan pesantren yang lain saling terhubung dalam pengembangan bisnis,” ujarnya saat memberi sambutan di acara peluncuran Program Pesantren dan Kampung Zakat Sehat, Hijau, Berdaya Di Pondok Pesantren Assidiqiyah, Jakarta Kamis (15/2/24).
“Ada pesantren yang menjadi pemasok dalam pertanian dan peternakan, ada pesantren yang punya air minum dalam kemasan, ada pesantren yang punya digital printing, ada pesantren yang punya bisnis pariwisata dan bisnis-bisnis lainnya. Jika ini terbangun dalam satu ekosistem ekonomi, pasti dan pasti membangkitkan ekonomi pesantren, bahkan masyarakat di sekitarnya,” ujar Wamenag.
Saiful mengatakan, agar dapat berkelanjutan dalam pengembangan ekonomi, maka pesantren perlu membuka ruang untuk terus belajar dari banyak pihak, termasuk mereka yang sudah banyak berkecimpung dalam dunia bisnis.
“Salah satu upaya Kemenag dalam Program Kemandirian Pesantren, kita menghadirkan beberapa pesantren yang bisa menjadi best practice atau percontohan dalam Program kemandirian Pesantren. Tujuannya untuk memotivasi pesantren lainnya untuk turut memulai dan berkembang. Dan saya yakin bahwa ada banyak pesantren yang mempunyai potensi untuk berkembang,” jelas Saiful.
Oleh karena itu, Wamenag menjelaskan bahwa Program Kemandirian Pesantren tak hanya sekedar memberikan bantuan. Lebih dari itu, para pengelola bisnis di pesantren juga diberikan pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan bisnis, mulai dari perencanaan , keuangan, branding, manajemen, dan kiat pengembangan bisnis lainnya.
“Jika semuanya sudah terintegrasi dalam satu sistem, maka kemungkinan besarnya akan melesatkan ekonomi di pesantren,” ujarnya. (Amr-untuk Indonesia)