PEMILU
Friday, 20 September 2024

Ketua FM NU, Yahya Ansori Menilai, Demo Al Zaytun identik Terafiliasi Dengan Tokoh Partai Dan Alumni FPI

User Rating: 5 / 5

Star ActiveStar ActiveStar ActiveStar ActiveStar Active
 

lognews.co.id, Indramayu - Identik dengan mereka mereka yang tergabung dalam kelompok Front Pembela Islam (FPI) saat demo 212, teriakan kafir, sesat, dan Allahu Akbar jadi sorotan seorang tokoh pemikir NU muda, Yahya Ansori. (23/6/2023)

Ketua Forum Muda NU Indramayu, Yahya Ansori menyayangkan adanya ajakan untuk membenci kepada golongan tertentu oleh oknum yang ingin menggunakan "panggung murah" untuk meraih pengaruh dimasyarakat dengan menggoreng isu Al Zaytun menjadi isu nasional demi kepuasan elektoral di masa jelang pemilu 2024.

"Saya tahu sendiri bahwa yang hadir disana juga calon anggota legislatif, saya bisa tahu karena itu teman saya" ujar Yahya.

Suatu keanehan diungkap Yahya, jika ada seorang Caleg secara tiba tiba menghadiri isu keagamaan, kecuali belum pernah memiliki atau mengurus partai dan tidak terdaftar Caleg.

 

Oleh karenanya untuk bisa tampil bisa melalui isu yang sedang viral, menurutnya isu Panji Gumilang terlalu menarik, namun yang menjadi catatan sejarah, cara tersebut pernah dilakukan saat memidanakan Ahok (mantan Gubernur DKI) diperistiwa demo berjilid jilid 212.

Sedangkan jika masuk kedalam tatanan undang undang, apabila orang mempunyai keresahan, bisa melaporkan dengan membawa buktinya agar dipertanggungjawabkan secara hukum, bukan malah mengajak semua orang, tetangga ataupun masyarakat untuk sama sama menghajar, mempersekusi dengan membunuh karakter seseorang.

Tuntutan yang disampaikan ormas mengenai penutupan Pondok Pesantren Al Zaytun, itu boleh dituntut secara hukum, sah saja.

Akan tetapi Yahya menyayangkan jika menuntut keagamaan seseorang diruang publik dengan cara berdemo.

"dihabisi dengan atas nama Agama, seperti kasus Ahok) ujar Yahya.

Islam juga punya pengalaman sejarah dimana seseorang dibunuh karakternya dengan dalih kesesatan, bagaimana sahabat nabi dibunuh oleh orang yang merasa paling benar padahal yang dibunuh itu baik.

Lantas menurut Yahya, cara seperti ini bukan mencerminkan masyarakat Dremayu, Cirebon yang santun.

Dengan menggunakan tafsir tafsir kesesatan, mereka membuat pertentangan atas hal hal yang sifatnya fururiah, atau perbedaan cara beribadah yang sudah disepakati untuk santun menerima perbedaan. 

Inilah yang menurut Yahya, menjadi alasan Ormas besar Islam seperti NU, Muhammadiyah, dan lainnya tidak mau ikut terjebak kedalam politisasi agama yang kini dijadikan aji mumpung.

Selain itu Yahya memberikan apresiasi dan berterimakasih atas kerja Kepolisian memgamankan jalannya demo sehingga tidak bertemu kedua kelompok yang dapat menimbulkan kekisruhan. (Amr-untuk Indonesia)