PEMILU
Sunday, 29 September 2024

Sejarah Deklarasi Balfour, Dukungan Bagi Israel Dari Inggris

Star InactiveStar InactiveStar InactiveStar InactiveStar Inactive
 

lognews.co.id,  Jakarta -  Ratusan tahun konflik yang mengakibatkan Korban jiwa di pihak Israel dan Palestina, serangan kelompok Palestina Hamas menyusup ke kota-kota Israel dekat Gaza pada Sabtu (7/10) di tengah gempuran roket menjadi peristiwa yang terus berulang.

Awalnya tanah Israel, dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai Eretz Yisrael, merupakan tanah suci orang Yahudi. Menurut kitab Taurat, Tanah Israel dijanjikan kepada tiga Patriark Yahudi oleh Tuhan sebagai tanah air mereka.

Berdasar penggalian arkeologi dan ayat Quran, Nabi Ibrahim dan beberapa pengikutnya pindah ke tanah Kanaan, yang di Quran disebut sebagai tanah yang diberkati bagi untuk sekalian manusia, yang kemudian dikenal sebagai wilayah Palestina itu pada sekitar abad ke 19 sebelum Masehi.

Sesuai ayat Al-Qur’an QS Al Anbiya 21:71 yang menyatakan bahwa Allah telah menyelamatkan Nabi Ibrahim dari siksaan api Raja Namrud lalu mengirimnya ke tanah Kanaan di lokasi yang sekarang disebut sebagai Hebron, Al Khalil, Palestina, bersama Nabi Luth. Guna berdakwah kepada bangsa Kanaan, kini Palestina, yang waktu itu sesat menyembah berhala, agar kembali ke ajaran tauhid, agama Islam.

Nabi Ibrahim yang memiliki dua istri lantas mendirikan rumah bagi istrinya Hajar dan putranya Ismail di Mekah, sementara istrinya yang satunya lagi, yakni Sarah, dan putra keduanya Ishaq menetap di Kanaan, yang kini Palestina tersebut.

Riwayat bangsa Yahudi dapat ditelusuri sejak salah satu putra Nabi Ibrahim AS, yakni Ishaq AS. Beliau memiliki keturunan hingga Nabi Ya’kub. Nabi inilah yang bergelar Israil sehingga anak cucunya disebut sebagai Bani Israil.

Palestina awalnya dari Kanaan, nenek moyang bangsa Palestina. Nama Palestina itu diawali dari sebutan oleh bangsa Romawi kepada bangsa campuran antara bangsa Kanaan, suku asli penghuni wilayah Yerusalem dan sekitarnya dengan para khabilah Arab. Nama Palestina itu diberikan kepada keturunan bangsa Kanaan tersebut karena ada bangsa Filistin yang datang lewat lautan dari Yunani, bangsa Eropa yang sangat ditakuti oleh bangsa Yahudi. Bangsa Kanaan awalnya adalah penyembah berhala.

Pada tahun 640 M pasukan muslim berhasil merebut wilayah Palestina dari Romawi, dan selanjutnya berada di bawah pimpinan Khalifah Umar bin Khatab. Kemudian ketika perang salib terjadi, Palestina dipimpin oleh kerajaan Ottoman, warga Yahudi di Palestina masih menjadi kaum minoritas kala itu, sampai kemudian deklarasi Balfour terjadi pada tanggal 2 November 1917, dengan adanya sepucuk surat ditulis oleh Menteri Luar Negeri Britania Raya (Inggris) Arthur James Balfour yang semasa Perang Dunia I, mengumumkan dukungan bagi pembentukan sebuah "kediaman nasional bagi bangsa Yahudi" (national home) di Palestina.

Surat itu memang sudah diatur sebelumnya oleh Chaim Azriel Weizmann, presiden pertama Organisasi Zionis Dunia agar surat itu ditujukan kepada Lord Rothschild (Walter Rothschild dan Baron Rothschild) pemimpin komunitas Yahudi Inggris untuk dikirimkan kepada Federasi Zionis Internasional.

Surat itu menyatakan dukungan rapat Kabinet Inggris pada 31 Oktober 1917, bahwa pemerintah Inggris mendukung rencana-rencana Zionis untuk membuat ‘tanah air’ bagi Yahudi di Palestina, dengan syarat bahwa tak ada hal-hal yang boleh dilakukan yang mungkin merugikan hak-hak dari komunitas-komunitas yang ada di sana.

Berdasarkan secarik surat itu, Inggris di bawah pimpinan Jenderal Edmund Allenby kemudian masuk ke tanah Palestina, setelah memulai serangkaian serangan. Ribuan sukarelawan Yahudi pun bergabung dalam pasukan Allenby itu.

Lembaran asli surat Arthur Balfour kepada Walter Rothschild yang berisi Deklarasi Balfour. Isi deklarasi tersebut berbunyi:

Pemerintahan Sri Baginda Raja memandang baik pendirian sebuah kediaman nasional bagi bangsa Yahudi di Palestina, dan akan menggunakan upaya terbaik mereka untuk memfasilitasi pencapaian tujuan ini, dengan pemahaman yang jelas bahwa tidak ada yang akan dilakukan yang dapat merugikan hak-hak sipil dan agama komunitas non-Yahudi yang sudah ada di Palestina, atau hak-hak dan status politik yang dinikmati oleh orang-orang Yahudi di negara lain manapun.

Pasukan Allenby kemudian berhasil menduduki Palestina pada Desember 1917. Dua tahun kemudian, pada tahun 1919, Kota Al-Quds (Yerusalem) yang di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsha dan seluruh wilayah Palestina diduduki Inggris.  

Setelah Deklarasi Balfour dan masuknya pasukan Allenby bersama sukarelawan Yahudi ke Al-Quds, gerakan Zionisme mulai mendorong migrasi kaum Yahudi dari berbagai negara untuk pindah ke Palestina. Maka, dimulailah perpindahan secara besar-besaran bangsa Yahudi ke Palestina di bawah naungan Inggris dari tahun 1918 hingga 1947.