Oleh Ali Aminullah
Disarikan dari Dzikir Jum'at Syaykh Al-Zaytun, Syaykh Panji Gumilang, S.Sos., M.P.
lognews.co.id - Syaykh Al Zaytun menyoroti urgensi penanaman padi di tengah anomali iklim, pentingnya stok pangan 1,5 tahun, investasi bahan bangunan, hingga penyelamatan ribuan pohon jati sebagai fondasi daya tahan internal Ma'had.
1. Kesiapan Pangan di Tengah Perubahan Iklim yang Tak Terduga
Jumat, 21 November 2025. Selepas pelaksanaan ibadah Jumat, suasana khidmat Dzikir Jumat di Al Zaytun diisi dengan Taushiyah penuh visi dari Syaykh Al Zaytun. Fokus utama taushiyah tersebut adalah sebuah seruan mendesak terkait ketahanan pangan, sebuah simbol esensial dari daya tahan sebuah komunitas.
Dengan curah hujan yang cukup signifikan memasuki bulan ke-11 (November), Syaykh menekankan bahwa inilah saat penting bagi penanaman padi. Beliau menargetkan agar para penanggung jawab pertanian (P3KPI) dapat menuntaskan penanaman selambat-lambatnya pada bulan Desember.
Target ini bukan tanpa alasan. Pengalaman tahun ini—di mana kemarau nyaris tidak terjadi—menjadi pelajaran berharga. "Perubahan iklim tidak tepat," ujarnya. Kekhawatiran akan pola iklim 2026 yang mungkin serupa menjadi pendorong percepatan tanam.
Jika penanaman selesai pada Desember, panen raya dapat dilakukan pada Maret. Dengan demikian, musim tanam kedua dapat segera dimulai dari April hingga Juli, memungkinkan panen dua kali dalam setahun.
> "Jika kita bisa menanam dua kali, dan setiap bahu menghasilkan 4 ton, dengan total lahan tanam 400 bahu, maka kita mendapat 1.600 ton beras. Kecukupan pangan internal kita aman."
Kemandirian pangan ini bukan hanya soal stok, tetapi juga mengantisipasi ketidakpastian harga pasar. Syaykh menegaskan bahwa masyarakat yang memiliki stok pangan hingga 1,5 tahun akan "selamat dari guncangan pangan."
2. Integrasi Pangan dan Pakan: Membangun Daya Tahan yang Lebih Luas
Visi ketahanan pangan Syaykh tidak berhenti pada beras. Ia menyerukan kesadaran akan integrasi pangan yang lebih luas, termasuk pangan pendukung dan pakan ternak.
"Bulan Agustus bisa menanam yang mendukung pangan," katanya. Seringkali, fokus pada ternak membuat suplai pakan terabaikan. Oleh karena itu, setelah musim tanam kedua selesai, pada bulan Juli dan Agustus, lingkungan Al Zaytun diinstruksikan untuk mulai menanam Sorgum.
Sorgum ini ditujukan sebagai sumber pakan, dengan catatan penting: perlunya proses fermentasi.
> "Sorgum mengandung Tanin, dan dapat dieliminir dengan difermentasi."
Dengan pangan yang cukup bagi manusia dan pakan yang memadai bagi ternak, Syaykh menyimpulkan: "Krisis yang lain-lain tidak akan memengaruhi daya tahan kita." Ini adalah prinsip holistik: memastikan semua mata rantai kehidupan—dari sawah hingga kandang—terpenuhi.
3. Investasi Masa Depan: Mencicil Bahan Bangunan Anti-Krisis
Selain ketahanan hayati, Syaykh Al Zaytun juga menyinggung ketahanan fisik dan arsitektural. Di saat harga-harga bahan bangunan terus merangkak naik—terutama besi dan Wide Flange (WF)—ia memberikan strategi antisipatif.
"Saat harga tidak terprediksi, maka kita mulai mencicil beli besi, batu, bata, WF," pesannya.
Strategi ini bertujuan untuk memastikan kelancaran proyek pembangunan tanpa terhambat oleh lonjakan harga material di masa depan. Syaykh menargetkan agar pada akhir tahun 2026, salah satu bangunan penting sudah berdiri. Rencana ambisius berlanjut: pembangunan asrama pada tahun 2027.
"Maka dalam 3 tahun sudah selesai," ujarnya, menggambarkan sebuah proyeksi pembangunan cepat dan terencana berkat stok bahan yang terjamin.
4. Menyelamatkan Jati: Warisan dan Pelindung Lingkungan
Pilar ketiga dari taushiyah Syaykh menyentuh aspek lingkungan dan keindahan. Program besar yang diumumkan adalah pemindahan kayu jati. Ribuan pohon jati akan dipindahkan secara cermat untuk dialihkan ke tempat baru.
Langkah ini bukanlah perusakan, melainkan penyelamatan dan penataan ulang lahan. Kayu-kayu lain boleh ditebang, namun jati harus diselamatkan.
> "Kayu yang dipindahkan akan lebih cepat perkembangannya... Bila pemindahan secara cermat, ini menjadi kekayaan."
Diperkirakan 10.000 pohon jati akan dipindahkan. Ini adalah investasi jangka panjang yang akan membuahkan keindahan visual. Dalam 5 hingga 10 tahun ke depan, kawasan yang ditata ulang akan terlihat indah dipandang.
Syaykh menutup dengan filosofi mendalam mengenai pohon jati: "Jika kita menyelamatkan jati, maka ia akan menyelamatkan kita. Ia menjadi pelindung kita."
Program ini menuntut pemetaan ulang lahan secara detail: mana untuk pertanian, mana untuk perkebunan, dan lahan-lahan yang dikelilingi oleh kayu pelindung. Pindahnya pohon jati—yang sudah menjadi bibit besar berumur sekitar 10 tahun—adalah realisasi nyata dari kesadaran.
Hal ini sejalan dengan lirik lagu politeknik di Al Zaytun: "Menanam kesadaran, menumbuhkan kemanusiaan." Visi ketahanan ini adalah manifestasi konkret dari kesadaran untuk membangun kemandirian seutuhnya: mandiri pangan, mandiri material, dan mandiri ekologis.


