lognews.co.id, Indramayu - Ratusan lebih santri Al-Zaytun kelas X dan XI ikut berlayar menelusuri samudra biru, pantai Eretan dengan kapal kayu tradisional LKM. K-02. KM. Gunung Pulosari berbobot lebih dari 600 Gross Ton, pada Minggu (20/10/2024).
Ma'had Al-Zaytun konsisten mengimplementasikan program pengembangan keterampilan dan pendidikan vokasi di Indonesia, melalui pendidikan mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas, yaitu kader kelautan, kader pertanaian khususnya dibidang blue economy dan green economy agar Indonesia mampu mewujudkan ketahanan pangan hingga 1.000 tahun.
Syaykh Al-Zaytun, Panji Gumilang mengenakan jaz dan kacamata hitamnya memimpin langsung perjalanan laut dengan tatapan tegas kearah depan kapal, duduk didepan ruang nahkoda, kemudian seiring lajunya kapal menjauhi pelabuhan samudra biru, terdengar lagu nenek moyangku orang pelaut dan tambahan lirik aku pelanjut nenek moyangku, serta lagu Indonesia raya tiga stanza yang dinyanyikan oleh santri yang berbaris menghadap Syaykh diikuti semua penumpang kapal.
Didalam kapal para santri memperhatikan tiap senti dari infrastruktur kapal, mulai dari ruang mesin, ruang abk, ruang kemudi, buritan kapal dan seluruhnya. Darsim yang sedang bertugas menjadi Nahkoda kapal, dengan sabar dan penuh perhatian menjawab pertanyaan bertubi tubi dari para santri Nisa dan santri Rijal yang penasaran dengan berbagai fungsi alat canggih yang terpampang didepan mereka, mulai dari Sonar, GPS, kompas, kemudi hidrolik, dan tombol lainnya.
(Darsim senang menjawab pertanyaan para santri perkapalan)
Darsim (58) yang memulai melaut semenjak SD kelas tiga diajarkan oleh ayahnya, menceritakan pengalamannya pernah mencari cumi saat ikut nelayan Taiwan, dirinya juga pernah terombang ambing badai laut, yang akhirnya membuat kapal seberat 20 Gros Ton hampir tenggelam jika digempur ombak satu kali lagi, lantaran kapal sudah sejengkal lagi penuh terisi air, bermodal nekat, Ia dan kawan kawannya terus bertahan dengan cara mengikuti ombak kemana saja, kemudian sesekali Darsim mengingatkan agar santri yang ingin menjadi Nahkoda untuk selalu belajar dan mengatakan bahwa santri Al-Zaytun bersyukur sudah diberikan fasilitas yang lengkap.
(Santri Al-Zaytun kelas XI M. Ikbal Alfarisi, bersyukur mengikuti ekstrakurikuler perkapalan)
Tatapan kagum melihat lautan luas di kapal kayu tradisional nomor dua LKM. K - 02. KM. Gunung Pulosari membuat M. Alfarisi kelas XI mengaku bangga menaiki kapal buatan kakak kelasnya, dikatakan dirinya juga sedang sibuk menyelesaikan perahu berjenis sampan dayung berkapasitas 20 orang yang akan dilombakan di Surabaya, mengatakan sebagai santri Ma'had Al-Zaytun dirinya mencintai dunia perkapalan karena ingin melanjutkan nenek moyang sebagai bangsa pelaut.
Begitu juga dengan Firdaus kelas XI merasa senang selama mengikuti ekstra kurikuler di Ma'had Al-Zaytun, karena bisa mengharumkan nama Al-Zaytun melalui perlombaan yang menampilkan karya karya yang telah ia buat bersama tim, dirinya juga tengah mempersiapkan lomba di Surabaya yang diikuti tiap tahunnya, latihan yang dilakukan seperti memasang rangkaian kapal RC kemudian menjalankannya, selanjutnya dirinya juga akan mempelajari pengkodingan, berkat kerjakeras dan kemompakan dirinya pernah diurutan lima besar perlombaan prototipe kapal remot kontrol (RC) dan berharap adik kelasnya yang akan melanjutkan agar bisa juara satu.
Sekitar tiga jam kapal kayu tradisional LKM. K - 02. KM Gunung Pulosari kembali ke dermaga, dengan perasaan senang dan penuh pengalaman para santri yang memang diberikan kesempatan oleh Syaykh Al-Zaytun Panji Gumilang untuk menaiki kapal sebagai bentuk apresiasi Syaykh kepada mereka para santri yang sudah mendedikasikan dibidang perkapalan. (Amri-untuk Indonesia)