السبت، 06 كانون1/ديسمبر 2025

​Semangat Sumpah Pemuda Mengalir dalam Beton dan Pohon: Visi Politeknik Tanah Air

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

Disarikan dari Dzikir Jumat Syaykh Al Zaytun oleh Ali Aminuloh 

lognews.co.id, Indonesia - ​Di Masjid Rahmatan Lil Alamin, suasana Dzikir Jumat pada 10 Oktober 2025 menjadi lebih dari sekadar rutinitas ibadah. Itu adalah momen penajaman visi, sebuah seruan untuk bergerak, yang disampaikan langsung oleh Syaykh Al Zaytun. Kali ini, sorotan diarahkan pada sebuah proyek monumental: pembangunan komplek Politeknik Tanah Air, sebuah cita-cita yang hendak ditancapkan tepat pada Hari Sumpah Pemuda.

​Gerakan Awal: Batu Penjuru di Tengah Hamparan Sawah

​"Rencana kita meletakkan batu penjuru sudah semakin dekat," ujar Syaykh, menandai hitungan mundur menuju sebuah tonggak sejarah.

​Tanggal yang dipilih bukanlah kebetulan. Pembangunan komplek Politeknik secara resmi akan dimulai pada 28 Oktober 2025, menjadikan momentum Sumpah Pemuda sebagai catatan awal komitmen pendidikan dan kemandirian. Lokasi untuk seremoni peletakan batu penjuru pun sudah disiapkan; sawah yang tadinya ditanami, kini separuhnya telah dipanen, menunggu kering untuk dijadikan panggung bersejarah.

​Bangunan Politeknik ini terhampar di atas lahan yang luas: 54 hektar yang akan dipagar segi empat. Di jantung area ini, akan didirikan sebuah lingkaran bangunan seluas 25 hektar, menjadi pusat dari seluruh kegiatan akademik dan kehidupan kampus. Namun, pembangunan fisik hanyalah separuh cerita. Separuh lainnya adalah menghidupkan lingkungan.

​Visi Penghijauan: Pohon Sebesar Lengan dalam Lima Tahun

​Syaykh Al Zaytun menekankan bahwa pembangunan sebuah kampus harus berjalan selaras dengan penghijauan, bahkan mendahuluinya. Inilah filosofi penanaman yang menjadi inti dari pesan tersebut.

​"Dalam membangun kampus diperlukan penghijauan 3–5 tahun," jelas Syaykh. "Maka, kita siapkan pembibitan."

​Untuk mengantisipasi kebutuhan tegakan, sebuah strategi penanaman jangka panjang dirancang. Area seluas 3–4 hektar disiapkan khusus untuk lokasi pembibitan dan penyemaian, yang dikoordinasikan langsung oleh Anas (Korlap). Targetnya: tinggi bibit yang ditanam diharapkan akan tumbuh hingga berdiameter 7–10 cm—sebesar lengan—dalam waktu 4-5 tahun. Bibit yang kuat inilah yang kemudian akan dipindahkan ke lahan kampus seluas 54 hektar.

​Strategi ini bukan hanya tentang jumlah, tetapi juga tentang efisiensi. Bibit tidak akan disebar di seluruh lahan 54 hektar, melainkan dikonsentrasikan di area pembibitan agar lebih mudah dipelihara. Filosofi yang jelas pun ditetapkan untuk menjaga siklus alam: musim panas untuk menanam pohon, musim hujan untuk menanam padi. Sebuah gambaran kemandirian pangan dan lingkungan yang terintegrasi.

​Panggilan untuk Bertindak dan Peduli

​Di tengah fokus pembangunan, Syaykh juga menyerukan sebuah disiplin kolektif. Persiapan fisik terus berjalan, termasuk pengerasan jalan remontada di sebelah barat kali. Namun, hal-hal detail terkait pemeliharaan tidak luput dari perhatian.

​"Tanaman yang mati sebelah kiri jalan agar diganti. Agar diselesaikan di musim panas," perintahnya tegas.

​Pohon jati yang akan dipindahkan harus dilakukan saat musim panas. Mulai Sabtu besok, program perawatan dan penggantian pohon mati akan dimulai. Pohon yang hidup di-pruning, sementara yang mati diganti. Penanggung jawab di lapangan sekali lagi adalah Anas, yang ditugaskan untuk segera meninjau kondisi di lokasi.

​Pesan penutup Syaykh menjadi klimaks yang inspiratif, sebuah ajakan kepada seluruh jamaah, seluruh penghuni, untuk memiliki kesadaran kolektif.

​"Semua penghuni harus peduli terhadap lingkungan. Melihat sesuatu yang tidak pas, sampaikan kepada Syaykh supaya dapat ditindaklanjuti," tuturnya.

​Inilah esensi dari pembangunan di bawah kepemimpinan Syaykh Al Zaytun: bukan sekadar mendirikan gedung, tetapi membangun peradaban yang berakar kuat pada disiplin, kemandirian, dan kepedulian terhadap bumi. Visi Politeknik ini adalah janji, bahwa semangat Sumpah Pemuda akan terus mengalir, mewujud dalam setiap beton yang didirikan dan setiap pohon yang ditanam.