السبت، 06 كانون1/ديسمبر 2025

Mengukir Masa Depan: Visi Pendidikan STEM Prof. Jarnuzi Gunlazuardi di Al-Zaytun

تعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجومتعطيل النجوم
 

Oleh Ali Aminuloh

​Pelatihan Pelaku Didik ke-17: Prof. Jarnuzi Bawa Perspektif STEM dari UI

​Pada Ahad, 28 September 2025, Ma’had Al-Zaytun kembali menjadi pusat diskusi strategis pendidikan dengan menggelar kuliah umum dalam rangka Pelatihan Pelaku Didik berkelanjutan. Sesi ini menandai sesi ke-17 sejak pelatihan ini dimulai pada 1 Juni 2025. Acara ini dihadiri oleh tidak kurang dari 2.700 peserta, mencakup para eksponen yayasan, dosen, guru, pelajar, mahasiswa, serta unit-unit pendukung pendidikan di Al-Zaytun.

​Sesi penting ini menghadirkan Prof. Dr. Jarnuzi Gunlazuardi, S.Si., seorang Guru Besar bidang Kimia dari Universitas Indonesia (UI). Prof. Jarnuzi, yang juga ahli Fotoelektrokimia, membagikan pandangannya tentang bagaimana STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics)—yang bahkan di Al-Zaytun dikembangkan menjadi L-STEAM (Law, Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics)—menjadi fondasi strategis untuk mencetak "Generasi Emas Indonesia".

​Prof. Jarnuzi mengapresiasi visi Syaykh Al-Zaytun yang dianggapnya "visioner sekali" karena telah merumuskan konsep ini, sejalan dengan perspektif global tentang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) masa depan. Kunjungan dan pandangannya di Al-Zaytun bahkan membuatnya yakin bahwa para siswa di sana memiliki potensi untuk meraih skor tinggi dalam tes keterampilan global seperti PISA, setara dengan siswa di Jakarta dan Yogyakarta.

​STEM: Kunci Inovasi dan Kedaulatan Bangsa

​Prof. Jarnuzi menegaskan bahwa STEM bukan sekadar mata pelajaran terpisah, melainkan kunci inovasi dan penentu kedaulatan sebuah bangsa di masa depan. Bangsa-bangsa maju di Eropa, Amerika, dan Asia (seperti Jepang, Korea, dan China) unggul karena penguasaan sistem STEM yang tinggi.

​Filosofi inti STEM adalah pemahaman mendalam terhadap fenomena alam—yang bagi kaum agamis disebut "Sunatullah". ​Science adalah pengetahuan ilmiah untuk memahami hukum alam. ​Technology menerapkan sains untuk memecahkan masalah kehidupan. ​Engineering merekayasa, merancang, dan membangun solusi untuk masalah dunia nyata. ​Mathematics menyediakan bahasa logika dan perangkat untuk memodelkan serta memprediksi fenomena sains.

​Tujuan akhir dari penguasaan STEM ini adalah untuk kesejahteraan manusia dan keberlanjutan sosial, bukan untuk merusak atau keserakahan, sejalan dengan semangat Society 5.0 yang diusulkan oleh pemerintah Jepang.

​Tantangan SDM dan Jurang Kesenjangan PISA

​Meskipun Indonesia memiliki bonus demografi sebagai peluang, secara de facto kualitas SDM di bidang STEM masih menghadapi tantangan besar. Berdasarkan pengukuran skor PISA untuk sains, literasi, dan matematika, skor Indonesia secara nasional masih tergolong rendah dibandingkan negara lain.

​Kesenjangan ini, terutama di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal), menjadi pekerjaan rumah bersama. Menjawab pertanyaan peserta tentang inovasi cepat untuk mengatasi keterbatasan fasilitas di daerah 3T, Prof. Jarnuzi menawarkan solusi yang sangat kontekstual dan berbasis kearifan lokal:
​Fokus pada Esensi STEM: Inti pendidikan STEM adalah mengamati lingkungan sekitar, menilai sainsnya, menerapkan teknologi, melakukan rekayasa, dan menghitung matematikanya.

​Modul Berbasis Realitas: Pembelajaran harus didasarkan pada masalah nyata di lokasi tersebut. Contohnya, memahami sains pembakaran kayu kering dan menggunakannya untuk memasak atau menghangatkan dapat menjadi modul STEM yang lengkap, yang dapat diterapkan di mana saja, bahkan tanpa listrik.
​Memanfaatkan Keunikan Lokal: Di Al-Zaytun, konsepnya bisa berupa proyek irigasi otomatis di kebun percobaan. Di daerah terpencil, rekayasa teknologi bisa berupa memanfaatkan air terjun dan dinamo sederhana untuk menghasilkan listrik.
​Intinya, yang dibutuhkan adalah kreativitas dan kemauan pendidik untuk merancang proyek yang unik sesuai kondisi masing-masing daerah.

​Strategi Transformasi Kurikulum dan Pembelajaran Aktif

​Prof. Jarnuzi menggarisbawahi bahwa untuk menghasilkan SDM yang reaktif, kritis, dan kolaboratif, diperlukan transformasi mendasar dalam pendidikan:

​1. Implementasi Kurikulum Terintegrasi STEM
​Kurikulum harus mengintegrasikan disiplin ilmu sejak usia dini. Pendidikan STEM harus berfokus pada pengintegrasian disiplin ilmu, bukan mengajarkannya secara terpisah (seperti pendidikan tradisional yang dialami generasi sebelumnya).

​2. Pembelajaran Berbasis Proyek dan Riset
​Pembelajaran harus bersifat aktif, bukan sekadar penyerapan fakta secara pasif. Metode yang ideal adalah pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) dan riset (inquiry-based learning).

​Ia mencontohkan Proyek Sistem Irigasi Otomatis sebagai model integrasi yang ideal: siswa mempelajari kebutuhan air tanaman (Sains), menggunakan sensor kelembaban (Teknologi), merancang tata letak sistem (Rekayasa), dan menghitung volume air (Matematika). Model seperti ini sangat kondusif dan ideal untuk diterapkan di lingkungan Al-Zaytun.

​Membentuk Pola Pikir Saintis: Curiosity dan Kolaborasi

​Inti dari mendidik generasi unggul adalah membentuk pola pikir saintis. Prof. Jarnuzi berpesan agar para guru tidak mematikan pertanyaan dari siswa, terutama anak-anak yang cerewet dan banyak bertanya, karena pertanyaan dari usia muda sering kali merupakan bibit dari pertanyaan saintifik yang dapat membawa kepada penemuan berguna.

​Selain itu, pentingnya kolaborasi juga ditekankan. Dalam dunia sains, perbedaan pendapat (pertengkaran) seharusnya bertujuan untuk mendapatkan jalan terbaik, bukan untuk konflik personal.

​Keterampilan lain yang harus dimiliki SDM masa depan adalah keterampilan abad ke-21—yaitu pemecahan masalah, kreativitas, kolaborasi, dan literasi digital. Ini semua didukung oleh kesediaan untuk menguasai bahasa matematika yang sering kali dihindari. Tugas guru adalah menumbuhkan kerinduan untuk belajar.

​"Main sistem dengan attitude kita melihat sesuatu sebagai kita," kata Prof. Jarnuzi. Saat bersaing, tujuannya bukan untuk bertengkar, melainkan untuk kemaslahatan bersama, memposisikan keberhasilan sebagai keberhasilan kita sebagai bangsa.

masa depan bangsa fix

​Epilog: Menuju Indonesia Emas 2045

​STEM bukan sekadar kebutuhan, melainkan fondasi strategis untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045—sebuah bangsa yang berdaulat, maju, adil, dan makmur. Prof. Jarnuzi yakin Al-Zaytun memiliki potensi besar untuk mencetak generasi yang bertransformasi dari pelajar (learner) menjadi inovator.

​"Memperkuat pendidikan STEM di Indonesia berarti menjadikannya praktikal, kontekstual, inklusif, dan berorientasi masa depan," ujarnya. Upaya ini adalah pilar strategis yang akan menjembatani sekolah, universitas, industri, dan masyarakat.

​"Bangsa yang menguasai STEM yang akan menguasai masa depan". Oleh karena itu, investasi pada pendidikan STEM dan pola pikir ilmiah yang berujung pada kemaslahatan adalah jalan nyata untuk mencapai cita-cita luhur bangsa.