السبت، 06 كانون1/ديسمبر 2025

Indonesia Raya 3 Stanza, Dari Al-Zaytun Menggema ke Nusantara

تقييم المستخدم: 5 / 5

تفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجومتفعيل النجوم
 

lognews.co.id – Lagu kebangsaan Indonesia Raya sejatinya memiliki tiga stanza, meski selama ini masyarakat lebih familiar dengan satu stanza saja yang ditetapkan sebagai lagu resmi. Belakangan, upaya untuk menghidupkan kembali Indonesia Raya 3 Stanza kembali mencuri perhatian publik. Salah satu yang konsisten mengusungnya adalah Kampus Al-Zaytun di Indramayu. Hal ini terlihat dalam tayangan kanal YouTube LognewsTV yang menyoroti perjalanan panjang Al-Zaytun dalam menumbuhkan tradisi tersebut.

Sejak 2016, Kampus Al-Zaytun di Indramayu menggagas gerakan untuk kembali menghidupkan Indonesia Raya 3 Stanza. Gerakan ini tidak berhenti di ruang kelas, melainkan dikumandangkan di berbagai panggung, jalanan, hingga pusat kekuasaan.

Dimulai dari Sepeda Anyer-Panarukan

Salah satu momen penting adalah ketika Syaykh Panji Gumilang, pimpinan Al-Zaytun, menginisiasi perjalanan bersepeda bertajuk 2727 Anyer-Panarukan-PP. Perjalanan sejauh lebih dari 1.000 kilometer itu menelusuri jalur bersejarah pembangunan jalan Daendels.

Selama 24 hari, 405 pesepeda yang terlibat diwajibkan mengumandangkan Indonesia Raya 3 Stanza di setiap etape. Tidak boleh ada contekan. Mereka ditantang menghafal sekaligus meresapi syair yang sarat makna doa kebangsaan.

“Syair itu bukan sekadar lagu, tapi doa. Setiap kata yang dinyanyikan adalah pengingat jati diri bangsa,” ujar Panji Gumilang saat itu.

Dari Pelajar hingga Petani

Gerakan ini tidak berhenti pada acara simbolis. Al-Zaytun menerapkan Indonesia Raya 3 Stanza dalam keseharian. Dari pelajar PAUD hingga mahasiswa, dari petani binaan P3KPI hingga keluarga besar kampus, semuanya terbiasa mengumandangkan lagu kebangsaan secara penuh.

Bahkan pada momen keluarga, termasuk pernikahan putri Syaykh Panji Gumilang, Indonesia Raya 3 Stanza tetap menjadi pembuka yang wajib dikumandangkan.

Membangun Karakter Lewat Lagu

Menurut Panji Gumilang, lagu memiliki kekuatan membentuk karakter bangsa. “Kalau lagu rock bisa mengubah perilaku anak muda, kenapa Indonesia Raya 3 Stanza tidak bisa membentuk karakter kebangsaan?” ucapnya.

Bagi Al-Zaytun, pengamalan lagu ini adalah bentuk nyata revolusi mental. Bukan sekadar jargon, melainkan praktik yang dijalankan secara konsisten.

Jejak di Senayan

Kumandang Indonesia Raya 3 Stanza juga pernah menggema di Gedung DPR/MPR. Di hadapan Ketua MPR RI saat itu, Zulkifli Hasan, para peserta menyanyikan tiga stanza penuh. Responsnya beragam, bahkan ada perwira tinggi TNI yang mengaku baru mengetahui bahwa lagu kebangsaan Indonesia memiliki tiga stanza.

Revolusi Mental ala Al-Zaytun

Gerakan ini pada akhirnya menjadi penanda bagaimana kampus modern mampu berkontribusi nyata bagi bangsa, lewat jalan yang sederhana namun bermakna.

“Tidak mungkin mengajak orang kalau kita sendiri tidak mengamalkan. Keteladanan harus dimulai dari diri,” tegas Panji Gumilang.

Dari Al-Zaytun, gema Indonesia Raya 3 Stanza kembali hidup. Dari ruang kelas hingga jalur Anyer Panarukan, dari sawah hingga Senayan, syair penuh doa itu perlahan kembali ke pangkuan rakyat. (Sahil utuk Indonesia)